KABUPATEN ROTE NDAO MENYELENGGARAKAN AKSI KONVERGENSI 1-2 DAN MENGHASILKAN 55 DESA/KELURAHAN LOKUS STUNTING
Dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Rote Ndao, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao melalui Bapelitbang Kabupaten Rote Ndao mengkoordinir pelaksanaan Aksi Konvergensi, yaitu Aksi 1 (analisis situasi) dan Aksi 2 (penyusunan program). Aksi 1 & 2 ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13 April 2022 bertempat di aula Hotel New Ricky.
Kegiatan ini dibuka oleh Asisten Administrasi Umum Kabupaten Rote Ndao, Jermi M. Haning, PhD dan dihadiri oleh 2 narasumber lainnya, yaitu Ahmad K. Djaba, S.Sos selaku Institutional Specialist dari Team Leader LGCB ASR INEY Ditjen Bina Bangda Kemendagri Regional 3 Surabaya dan Vince B. Panggula, S.KM dari Bapelitbang Provinsi NTT.
Dalam pembukaan kegiatan ini Asisten Administrasi Umum sekaligus memberikan arahan kegiatan dan menggarisbawahi aspek analisis situasi yang perlu dipertimbangkan pada saat diskusi termasuk apa saja praktek baik untuk menurunkan stunting, apa saja hambatan dalam upaya percepatan penurunan stunting dan bagaimana bisa belajar dari daerah lain. ‘’Analisis situasi ini intinya adalah lanjutan dari Aksi 8, yaitu reviu aksi konvergensi. Perlu support terhadap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang ada. Perlu di-breakdown per Puskesmas, per desa untuk diskusi program kegiatan pada Aksi 2,’’ lanjutnya.
Harapannya dengan kegiatan ini bisa dihasilkan output tentang apa yang harus dihasilkan, siapa buat apa, kapan dan dimana lokasinya. Gerakan Kakak Angkat juga diharapkan menjad inovasi yang menjawab persoalan stunting di Kabupaten Rote Ndao.
Analisis situasi ini bertujuan untuk membantu pemerintah kabupaten dalam menentukan lokus prioritas stunting, program/kegiatan yang diprioritaskan alokasinya dan menentukan upaya perbaikan manajemen layanan untuk meningkatkan akses 5 (lima) kelompok sasaran terhadap intervensi gizi spesifik maupun sensitif. Ke-5 kelompok sasaran prioritas percepatan penurunan stunting antara lain remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan Balita.
Ahmad K. Djaba dalam menyampaikan materinya memaparkan bahwa pelaksanaan Aksi 1 dan 2 ini akan menghasilkan 4 rekomendasi penting, yaitu pertama, rekomendasi bersama dalam menentukan desa/kelurahan prioritas sesuai kriteria. Kedua, rekomendasi tindakan perbaikan layanan yang perlu diprioritaskan untuk memastikan akses 5 (lima) kelompok sasaran khususnya pada desa/kelurahan yang ditetapkan sebagai lokasi prioritas. Ketiga, rekomendasi kebutuhan program/kegiatan yang masih perlu ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Keempat, rekomendasi kebutuhan penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD dalam sinkronisasi program/kegiatan maupun koordinasi antara kabupaten/kota dan desa/kelurahan dengan dukungan kecamatan.
Peserta Aksi Konvergensi ini juga mengikuti paparan tentang Analisis Situasi oleh Vince Panggula, S.KM. Dalam analisis situasi disampaikan data dasar dan hasil cakupan layanan per desa dengan total 29 indikator utama. Template analisis situasi telah menyediakan input data dasar dan capaian indikator hingga desa/kelurahan lokus stunting yang dihasilkan dari format yang ada.
Hadir dalam kegiatan ini 75 peserta lintas sektor antara lain dari Bapelitbang, Dinas Kesehatan, Dinas PMD, Dinas P3AP2KB, Dinas Sosial, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas PUPR, Dinas PKPLH, Dinas PKO, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, camat se-kabupaten Rote Ndao, kepala Puskesmas se-kabupaten Rote Ndao, fasilitator Momentum AUSAID, Satker P3MD, serta perwakilan Pusat Pengembangan Anak (PPA) se-kabupaten Rote Ndao.
Diskusi peserta Aksi Konvergensi 1&2 selain menghasilkan 4 rekomendasi di atas, juga menghasilkan 55 desa/kelurahan lokus stunting tahun anggaran 2023. Selanjutnya, pada Aksi 3 akan dipublikasikan pogram/kegiatan dan anggaran yang menyasar ke 55 desa/kelurahan lokus stunting tersebut. Aksi 3, yaitu Rembuk Stunting direncanakan akan dilaksanakan sebelum finalisasi RKPD Kabupaten Rote Ndao Tahun 2023.
(su)