Kabupaten Rote Ndao menempati peringkat satu dalam penilaian kinerja aksi konvergensi dan terpilih sebagai kabupaten terinspiratif dalam penanganan stunting dalam upaya mendukung penurunan stunting terintegrasi di NTT
ROOL • Kabupaten Rote Ndao menempati peringkat satu dalam penilaian kinerja aksi konvergensi dan terpilih sebagai kabupaten terinspiratif dalam penanganan stunting dalam upaya mendukung penurunan stunting terintegrasi di NTT.
Kegiatan ini digelar oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Bappelitbangda Provinsi NTT, berlangsung di Hotel Neo Aston Kupang pada tanggal 21-23 Oktober 2020 yang dihadiri oleh peserta dari Bappelitbang dan Dinas Kesehatan 21 kabupaten dan kota di NTT. Peserta dari Kabupaten Rote Ndao dihadiri oleh Kabid Pemsosbud Bappelitbang, Kabid PMD PSD Dinas PMD, serta pengelola gizi dan stunting Dinas Kesehatan. Selama kegiatan berlangsung, peserta perwakilan setiap kabupaten diwajibkan mempresentasikan aksi konvergensi, yaitu Aksi 1-4 pada tahun 2020 dan Aksi 5-8 pada tahun 2020. Hasil presentasi kemudian dinilai oleh tim panelis yang terbagi menjadi 8 tim.
Penilaian kinerja aksi konvergensi dalam upaya mendukung penurunan stunting terintegrasi di NTT, ini sejalan dengan Strategi Nasional percepatan pencegahan stunting yang harus dilaksanakan dengan pendekatan intervensi spesifik dan sensitif melalui konvergensi lintas sektor.
Setiap peserta juga diminta mempresentasikan inovasi yang dilakukan di kabupatennya masing-masing dalam penanganan stunting. Inovasi ini kemudian dinilai oleh setiap peserta perwakilan dari 21 kabupaten/kota di NTT.
Inovasi ini dinilai berdasarkan indikator IRI (Inspiratif, Replikatif, dan Inovatif).
Dari hasil penilaian kinerja di atas, Kabupaten Rote Ndao berhasil meraih 2 juara dalam penanganan stunting, yaitu peringkat 1 dalam Aksi Konvergensi dan terpilih sebagai kabupaten terinspiratif dalam penanganan stunting di NTT.
Tim panelis telah menilai dokumen-dokumen Aksi 1-8 Kabupaten Rote Ndao yang telah diunggah pada website Bina Bangda Kemendagri dan setelah dipresentasikan dan dipertanggungjawabkan di depan panelis, Kabupaten Rote Ndao memiliki hasil poin penilaian terbaik, yaitu 58 sehingga menorehkan peringkat 1 di tingkat provinsi.
Saat menutup kegiatan, Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Kosmas D. Lana, memberikan apresiasi sekaligus mendorong setiap kabupaten untuk terus membenahi manajemen penanganan stunting berdasarkan intervensi spesifik dan sensitif. Ia juga berjanji akan mengawal anggaran stunting dari setiap rancangan APBD di 21 kabupaten dalam rangka menurunkan angka stunting tingkat provinsi hingga 14-16 persen di tahun 2023.
Sementara itu, Kepala Bappelitbang Kabupaten Rote Ndao, Drs. Frengky J. Haning, melalui Sekretaris Bappelitbang Janwes N. H. Nauk, S.STP saat dikonfirmasi ROOL News mengatakan konvergensi penanganan stunting di Kabupaten Rote Ndao berjalan dengan baik karena didukung oleh lintas sektor, termasuk di dalamnya Kementerian Agama, Bappelitbang, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pangan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas PMD, Dinas PKO, Dinas P3AP2KB, Dinas Dukcapil, Dinas P3AP2KB, Dinas Koperindag, Bagian Hukum dan Perundang-undangan, Bagian Pemkes, Bagian Umum, Humas dan Protokol, serta sektor non pemerintah seperti Yayasan Tani Tenun, Rotary Club Cabang Kupang, PT Astra International Tbk, UNICEF, Health Equity Initiative, Compassion International, dan WFP.
‘’keberhasilan kabupaten Rote Ndao dalam penanganan stunting tidak terlepas dari dua faktor utama, yaitu komitmen pimpinan yaitu kepala daerah dalam penurunan stunting dan juga kerjasama lintas sektor dalam menangani stunting.’’ Ungkap Janwes.
Janwes juga memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penanganan stunting di Kabupaten Rote Ndao.
‘’apresiasi sebesar-besarnya kepada semua dinas, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, kepala desa/lurah, camat, kepala Puskesmas, tenaga gizi Puskesmas dan kabupaten, semua teman-teman tim media serta semua pihak yang turut membantu mensukseskan penanganan stunting di Kabupaten Rote Ndao,’’ Kata Janwes.
Aksi Konvergensi merupakan metode untuk menurunkan angka stunting. Saat ini angka stunting di Kabupaten Rote Ndao telah turun dari 30,15% pada tahun 2019 menjadi 25,83% pada tahun 2020.
‘’Hasil ini menambah semangat tim di Rote Ndao dalam mencegah dan menangani masalah stunting di Rote sehingga anak-anak di kabupaten Rote Ndao bisa bertumbuh dan berkembang dengan optimal dan menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diandalkan. Jadi, kami akan terus belajar dari siapa saja untuk terus maju membangun daerah ini,’’ lanjut Janwes.
Adapun nilai dan peringkat masing-masing kabupaten sebagai berikut:
No | Kabupaten | Nilai | Peringkat |
1 | Rote Ndao | 58 | 1 |
2 | Ende | 56 | 2 |
3 | Nagekeo | 51 | 3 |
Setiap kabupaten mempresentasikan hasil karya dalam upaya percepatan penurunan stunting dengan menggunakan pendekatan Inspiratif, Replikatif, dan Inovatif (IRI). Adapun mekanisme penilaian dilakukan oleh kabupaten peserta dengan kriteria mencakup ‘’IRI’’. Hasil penilaian kabupaten adalah sebagai berikut:
· Inspiratif : Kabupaten Rote Ndao
· Replikatif : Kabupaten Ende
· Inovatif : Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Rote Ndao juga masuk dalam nominasi kabupaten dengan penanganan stunting terbaik tingkat pusat
Untuk diketahui, selain penilaian kinerja aksi konvergensi, Kabupaten Rote Ndao juga masuk dalam nominasi kabupaten dengan penanganan stunting terbaik tingkat pusat regional 6. Kabupaten Rote Ndao akan bersaing dengan 4 kabupaten lainnya, yaitu kabupaten Gianyar dari provinsi Bali, kabupaten Bima dari provinsi Nusa Tenggara Barat, kabupaten Flores Timur dan Belu dari provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan memilih dua kabupaten sebagai narasumber pada pertemuan Koordinasi Stunting di 10 provinsi prioritas pada tanggal 23 Oktober 2020, yaitu kabupaten Rote Ndao dan kabupaten Tanah Bumbu, provinsi Kalimantan Selatan. Pertemuan ini dihadiri oleh Kepala Bappeda dan Kepala Dinas Kesehatan seluruh Indonesia.
Mewakili NTT, Kabupaten Rote Ndao dan desa Helebeik. Materi dipresentasikan oleh Sekretaris Bappelitbang Kabupaten Rote Ndao dan kepala desa Helebeik di tingkat nasional. Desa Helebeik terpilih karena keberhasilannya dalam menurunkan angka stunting dari 45,74% menjadi 8,16% pada periode Agustus 2020.
Pada pertemuan di atas, Sekretaris Bappelitbang tersebut memaparkan bahwa Kabupaten Rote Ndao memiliki beberapa inovasi penanganan stunting, diantaranya Gerbang Linsek (Gerakan Operasi Timbang Lintas Sektor), Mama Bo’i Rote (Mari Mama Bawa Oleh-oleh Ikan), Kakak Angkat Adik Asuh, dan VitaRote. Gerbang Linsek merupakan inovasi yang menawarkan kerjasama lintas sektor untuk mendorong kehadiran di Posyandu di atas 95% sesuai target nasional, serta entri dan verifikasi data operasi timbang yang berdampak pada perbaikan kualitas data stunting. Hasilnya capaian kehadiran di Posyandu sebesar 98, 94% melampaui target nasional.
‘’Ini merupakan capaian pertama kalinya sejak Rote Ndao menjadi kabupaten,’’ Ujar Sekretaris Bappelitbang.
Sedangkan inovasi Mama Bo’i Rote berupa pemberian abon olahan ikan kepada sasaran di Posyandu di desa Sonimanu. Inovasi ini mendorong perbaikan ekonomi nelayan dan terlebih akses ibu dan anak kepada ikan di desa yang sulit akses seperti desa Sonimanu.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Kirana Priptasari, MQIH mengapresiasi penanganan stunting di Kabupaten Rote Ndao. I
Kirana mengatakan tertarik dengan penanganan stunting di Kabupaten Rote Ndao.
‘’saya tertarik untuk mau berkunjung ke Rote Ndao. Inovasi ikan dan pangan lokalnya menarik. Ini kalau saya tidak salah dengar bupatinya adalah seorang ibu. Jadi saya ingin berkunjung untuk memastikan apakah benar penanganan stunting di lapangan seperti yang telah disampaikan,’’ Ungkap Kirana Priptasari dengan bersemangat. (*/rn/suf |Sumber data: Bappelitbangda NTT/bidang Pemsosbud)